Legenda Talaga Remis Kuningan

4 minutes, 48 seconds Read
legenda talaga remis
Talaga Remis adalah tempat objek wisata yang berada di daerah kabupaten Kuningan Cirebon. Yaitu sebuah danau yang terletak di kaki gunung Ciremai tepatnya di Desa Kaduela, Kuningan, Kecamatan Mandirancan, berjarak ±37 km dari pusat kota Kuningan.

Legenda Talaga Remis Kuningan adalah merupakan perpaduan antara pesona alam pergunungan hutan serta air talaga yang jernih bening. Laksana kaca didukung udara pergunungan yang sejuk menantang untuk berwana wisata menguak misteri hutan.

 

Fasilitas yang tersedia adalah perahu motor, sepeda air, saung, pos jaga, pondok kerja, papan petunjuk, instalasi air bersih, shelter, tempat sampah, bangku, MCK dan musholla. Ditempat ini dapat pula bersantai dan menikmati jajanan yang tersedia.
Arti dari Talaga Remis itu adalah, Talaga yang berarti telaga ( diambil dari bahasa sunda ), sebut saja talaga adalah sebuah Danau,  sedangkan arti dari kata remis, adalah diambil dari nama sejenis kerang bewarna kuning yang banyak hidup di sekitar telaga tersebut, dan binatang tersebut dikenal dengan sebutan remis.
Talaga Remis adalah Hutan wisata mempunyai luas kurang Iebih 13 Ha, sedangkan luas danaunya 3,25 Ha, dan hutan wisata ini telah dikelola oleh Perum Kehutanan Kabupaten Kuningan.

Legenda Telaga Remis

Telaga / talaga Remis mempunyai 8 telaga yaitu diantaranya :
  1. Telaga Leat
  2. Talaga Nilem
  3. Deleg
  4. Situ Ayu Salintang
  5. Telaga Leutik
  6. Telaga Buruy
  7. Talaga Tespong, dan
  8. Sumur Jalatunda.

Hutan wisata Talaga Remis ini menyimpan keanekaragaman flora dan fauna, terdapat kurang lebih 160 jenis tumbuhan. Di antaranya sonokeling malaka, kosambi dan lain-lain dan salah satu daya tarik tempat ini adalah adanya satu jenis tumbuhan langka yaitu Pisang Hyang.

Info Yang Lain  Riwayat Gedung Perundingan Linggarjati

 Sejarah Talaga Remis Kuningan

Dan sebenarnya hutan wisata ini mempunyai sejarah, bisa dibilang Legenda Talaga Remis Kuningan. Sejarah menceritakan bahwa yang berkembang secara lisan, asal muasal hutan Wisata Talaga Remis terkait dengan sejarah Kesultanan Cirebon.
Sultan yang berkuasa di Cirebon pada waktu itu ialah Sultan Giri Laya. Dia mempunyai seorang puteri yang cantik jelita, bernama Ratna Pandan Kuning dan Ratna Pandan Kuning. Dan adalah satu-satunya keturunan Sultan, calon penerus tahta Kesultanan Cirebon.
Sang Puteri menarik beberapa kalangan untuk meminangnya, namun beberapa kali pinangan selalu ditolaknya sehingga membuat Sultan kebingungan. Apalagi ditengah situasi yang tidak kondusif sedang terjadi pertentangan antara Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Mataram.
Sebenarnya Sultan mempunyai jagoan yang dipersiapkan sebagai calon menantunya yaitu Elang Drajat putra dari Banjar Melati, dia adalah orang kepercayaan Sultan yang menjadi tameng pertamanya, sehingga agar tidak terjadi kecemburuan dari orang yang telah meminang Puteri dan setiap orang merasakan keadilan, Sultan Giri Laya mengadakan sayembara percobaan perang, siapapun yang bisa mengalahkan Elang Drajat, akan dijadikan menantu Sultan Giri Laya atau Dalem Cirebon.
Pada waktu itu Sultan Cirebon memindahkan pusat pemerintahan ke Matangaji, hingga Sang Sultan terkenal dengan sebutan Sultan Matangaji. Daerah kekuasaan Sultan Matangaji meliputi daerah Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Indramayu. Sultan Matangaji setiap tahunnya harus membayar upeti kepada Sultan Mataram yaitu Sultan Agung yang merupakan keturunan dari Amangkurat II.

Sementara itu di wilayah lain ada seorang pemuda bernama Elang Sutajaya berniat berangkat menuju Cirebon didampingi pawongan Ki Lurah Bango dengan membawa keris pusaka yang bernama Keris Sekober untuk membantu Pangeran Selingsingan di Pakemitan Gedong Silarandenog. Namun setelah sampai di Keraton Cirebon ternyata keraton sudah dikosongkan. Perjalanannya pun dilanjutkan untuk mencari Sang Sultan.

Info Yang Lain  Curug Si Domba Wisata Air Terjun Kab. Kuningan

Elang Sutajaya akhirnya bertemu dengan Sultan yang kini berada di Matangaji, pada saat itu Sultan sedang bermusyawarah dengan putrinya dalam mengadakan sayembara, Elang Sutajaya kemudian bertemu dengan Putri Ratna Pandan Kuning, Putri Matangaji tersebut tertarik oleh ketampanan dan kesopanan Elang Sutajaya.

Setelah bercakap-cakap dengan Sultan Matangaji, Elang Sutajaya mengemukakan maksudnya untuk bertugas kemit atau juru kunci di Gedong Silaradenok membantu Pangeran Selingsingan. Sepeninggalnya Elang Sutajaya putri Matangaji menangis tiada hentinya. Sultan Matangaji mengerti akan maksud putrinya yang mencintai Elang Sutajaya.

Kemudian Elang Sutajaya datang kembali ke Matangaji, Putri Ratna Pandan Kuning sangat senang dengan kedatangannya dan mengutarakan keinginanya kepada Sultan agar menyetujuinya untuk menikah dengan Elang Sutajaya.

Sultan Matangaji tidak keberatan dengan syarat Elang Sutajaya bisa mengalahkan prajurit-prajurit Banjar Melati yang dipimpin oleh Elang Drajat. Spontan saja Elang Sutajaya menyanggupinya hingga terjadilah pertarungan antara Elang Sutajaya dengab prajurit-prajurit banjar Melati. Secepat kilat anak buah Banjar Melati dipatahi oleh Elang Sutajaya, sehingga ratusan prajurit banjar melati menjadi tumbuh-tumbuhan.

Sultan Matangaji bermaksud membatalkan membayar upeti ke kerajaan Mataram, sementara itu Pangeran Purbaya dari Mataram menuju ke Cirebon bermaksud untuk menagih upeti.

Di kaki Gunung Slamet rombongan Pangeran Purbaya bertemu dengan rombongan Pangeran Selingsingan. Terjadilah peperangan yang seru dan memakan korban yang cukup banyak dari kedua belah pihak.

Peperangan tiada hentinya, maka Sultan Matangaji memanggil mantunya Elang Sutajaya untuk membantu perang menumpas Pangeran Purabaya. Elang Sutajaya dalam mencari jejak Pangeran Selingsingan sampai di desa dukuh Puntang kecamatan Sumber.

Diketahui peperangan sedang berjalan sengit dan seru antara Pangeran Purabaya dan Pageran Selingsingan. Pangeran Selingsingan mundur terus ke Desa Cikalahang, desa Mandala sampai ke Desa Kaduela Kecamatan Mandirancan Kabupaten Kuningan.

Saking sedihnya Pangeran Selangsingan menangis karena perperangan tiada akhirnya. Air matanya jatuh ke tanah hingga terjadilah kolam Nilam yang letaknya disebelah Talaga Remis.

Info Yang Lain  Objek Wisata Kolam Renang Cibulan

Akhirnya Elang Sutajaya bertemu dengan Pangeran Purabaya lalu beradu ilmu kesaktian, Pangeran Purabaya terdesak dan berhasil dikalahkan.

Pengeran Purabaya berkata “Wahai Elang Sutajaya tolonglah aku diberi pengampunan, jangan bunuh aku karena aku adalah manusia biasa yang beragama”,

Elang Sutajaya menjawabnya “Kamu bukan manusia yang baik, beberapa tahun kamu berperang dengan Pangeran Selingsingan sedangkan kamu manusia yang mengerti sebagai mahluk sosial yang harus hormat menghormati, tolong menolong dan bantu membantu. Itulah arti hidup manusia, bukan untuk saling membunuh”. Elang Sutajaya meneruskan petuahnya bahwa sebagai umat beragama tidak boleh membuat kekacauan dan kejahatan dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.

Setelah selesai mendengarkan petuah Elang Sutajaya Pangeran Selingsingan menangis tidak ada henti-hentinya dari air matanya hingga menjelmalah menjadi kolam Talaga Remis.

Begitupun Pangeran Purabaya menangis dan akhirnya Pangeran Purabaya berubah wujud menjadi seekor Bulus atau kura-kura.
Bulus tersebut diberi nama Si Mendung Purbaya. Bentuk bulus atau kura-kura itu mempunyai bentuk lain dari yang lain.

Seperti itulah kira-kira kisah Legenda Talaga Remis Kuningan asal dari Nama Talaga Remis ini.

Similar Posts